HIV/AIDS, Kalbar Bisa No.1

Pontianak, Penyebaran Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS) mengacu pada fenomena gunung es. Diyakini masih banyak yang terinfeksi, namun tidak terdata. Jika tidak ada antisipasi serius, Kalbar bisa jadi daerah penyebar nomor satu.

“Wajar saja kalau peringkat pengidap HIV/AIDS di Kalbar semakin meningkat. Setiap harinya pasti ada perubahan peningkatan, tidak menutup kemungkinan bisa melonjak menjadi peringkat utama di Indonesia,” kata Drg Oscar Primadi MPPH, Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Kamis (14/8).

Salah satu fungsi Voluntary Counseling and Testing (VCT) untuk membongkar gunung es terhadap jumlah penderita HIV/AIDS. Semakin banyak mereka yang datang ke VCT, maka akan semakin bagus. Tujuannya, supaya pemerintah daerah bisa melakukan interveksi dalam menyikapi penyebaran virus mematikan tersebut.

“Kita tidak perlu risaukan soal ranking. Justru semakin banyak kasus yang muncul, maka akan semakin mudah kita melakukan antisipasi untuk pencegahan dan pengobatan. Logikanya, bagaimana kita bisa mengobati kalau tidak tahu pengidapnya,” papar Oscar.

Dikatakan Oscar, untuk mendobrak jumlah pengidap HIV/AIDS yang belum terdata, Dinas Kesehatan telah membentuk tujuh VCT di Kalbar yang menyebar di beberapa kabupaten/kota. Untuk Kota Pontianak, ada tiga VCT yang ditempatkan di RSUD dr Soedarso, RSU Antonius dan Rumah Sakit Jiwa. Pusat konseling juga ditempatkan di RSUD Rubini Mempawah, RS Abdul Aziz Singkawang, RSUD Agus Zam Ketapang dan RSUD Ade M Joen Sintang, masing-masing satu unit VCT. Melalui konseling di VCT, Dinas Kesehatan lebih mudah memberikan AVT atau anti virus kepada para pengidap. “Kita juga membentuk klinik Infeksi Menular Seksual di beberapa Puskesmas di Kalbar serta mobile VCT,” ungkap Oscar.

Perda Penanggulangan HIV/AIDS yang dibentuk DPRD Kalbar harus disikapi dengan arif dan bijaksana. Perda bukan hanya berbicara mengenai sanksi atau hukum, tetapi juga harus fokus pada penanggulangan dan pelyanan terhadap orang dan HIV/AIDS (Odha). “Melalui perda nantinya, kita harapkan ada penegasan melalui payung hukum dalam melakukan penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan oleh semua unsur,” ujar Oscar.

Warning Hidung Belang!

Dalam kurun waktu dua bulan, angka penderita HIV-AIDS di Kabupaten Sintang meningkat tajam. Bayangkan, jika sebelumnya hanya berjumlah 27 orang, sekarang dengan angka komulatif menjadi 40 orang. Bahkan, telah tercatat tujuh orang, kabur dua orang dan melahirkan satu orang.

Tragisnya lagi, dari sekian banyak penderita bukan hanya didominasi Penjaja Sek Komersial (PSK) atau pecandu Narkotika saja. Beberapa orang di antaranya malah berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS), pelajar dan ibu rumah tangga.

“Pengidap HIV cukup meningkat tajam. Saya kira ini penderita lama, hanya saja baru sekarang terdeteksi. Mereka dari berbagai kalangan, bukan hanya PSK saja,” ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan Sintang dr H Sidiq Handanu Widoyono M. Kes kepada Equator di ruang kerjanya, kemarin.

Handanu menambahkan, pihaknya mengaku prihatin dengan terdeteksi sekian banyaknya penderita penyakit mematikan itu. Tapi, akan lebih baik ketahuan sekarang ketimbang beberapa tahun kemudian. Sebab, meskipun tidak bisa disembuhkan, sudah ada obat untuk menghambat virus tersebut. “Kita prihatin. Tapi ada baiknya diketahui sekarang, ketimbang nantinya. Obat untuk menghmabt virus itu sudah ada. Namun, jika malu mengobati, ancamannya memang kematian juga,” ungkap nya.

Untuk penanganan kasus tersebut, lanjut Handanu, telah dibentuk Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPA) yang dikelola oleh sekretariat eksekutif. Sementara untuk pemeriksaan juga telah ada Voluntary Counseling and Testing (VCT). Untuk ini tidak dipungut biaya dan berada di RSUD Ade M Djoen Sintang. “Untuk pemeriksaan gratis, adanya di rumah sakit. Dan untuk penanggulangan telah ada KPA,” ujarnya.

Handanu memaparkan, penyebab terjangkitnya penyakit mematikan itu melalui sperma, cairan perempuan dan Air Susu Ibu (ASI) serta saluran darah karena virus cepat berkembang dan hidup di dalam darah. “Penyebabnya banyak. Jadi, harus berhati-hati,” imbuhnya.

Untuk penanganan di tiga kabupaten Sintang, Melawi dan Sekadau sambung Handanu, telah dibentuk Sub Sub Reception (SSR) yang berkedudukan di Sintang. Sedangkan untuk penanganan secara langsung, dilakukan tenaga konsultan bersyarat dari Global Fund dengan dibantu beberapa relawan yang tersebar di beberapa wilayah yang rawan berkembangnya penyakit tersebut.

“Kita menangani tiga kabupaten. Bahkan relawan pun tersebar di beberapa titik yang kita anggap rawan penyebaran virus tersebut,” jelasnya.

Upaya lain juga dilaksanakan ujar Handanu, di antaranya dengan pembagian kondom kepada wilayah tertentu. Dan yang tak kalah pentingnya, jangan melakukan sex dengan yang bukan pasangannya atau sex bebas. “Upaya lain, kita telah melakukan pembagian kondom pada tempat-tempat yang dianggap rawan. Dan ingat, jika tidak mau terkena HIV jangan melakukan seks bebas,” pungkasnya. (amk/SrY)

Penulis: Hudi asrori

;;
 
HUDI - Designer by Abdul Munir | Original Posting Fly Net 10